PERHATIAN

------------------- Dukung Pelayanan saya di Pedalaman Kalimantan melalui Pendirian POS PI (Pos Pekabaran Injil Suku Dalam) ------------------- Bila ada kesulitan dan dukungan doa bisa disampaikan dengan lewat : muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com -------------------

16.9.23

JANGAN MENGHAKIMI, 1 Korintus 4 : 1 - 5

JANGAN MENGHAKIMI
1 KORINTUS 4 : 1 – 5 




Surat ini dikirim oleh Paulus kepada orang-orang Kristen yang berada di suatu kota bernama Korintus. Kota Korintus adalah suatu kota besar pada saat itu yang terletak di Asia kecil, satu kota yang menjadi pusat pelabuhan besar persinggahan berbagai-bagai bangsa yang datang dari Timur atau Barat dari Utara ataupun Selatan. Kota Korintus itu merupakan pusat ekonomi, pusat perkembangan budaya peradaban kuno, pusat politis dan bahkan pusat kegiatan agama-agama non Kristen. Saat itu masyarakat yang hidup di kota ini, cukup makmur dari segi taraf hidup atau dari segi pendapatan perkapita atau hidup sehari-hari. Mereka memiliki status sosial yang tinggi dihormati di kalangan masyarakat dunia pada saat itu. Pauluslah yang mendirikan jemaat di kota Korintus ini dan sampai tiga kali Paulus mengunjungi Jemaat Kristen yang ada di Korintus ini. Paulus bahkan menjadikan jemaat yang ada di Korintus ini sebagai pusat pekabaran Injil dan dari Korintus itulah diberitakan kepada orang-orang yang hidup di negeri-negeri lain yang ada di sekitarnya.

Saudaraku, Paulus menggugat keimanan mereka yang ternyata banyak dipengaruhi oleh ajaran sesat. Melalui surat ini, Paulus membekali baik jemaat-jemaat biasa maupun para pelayan-pelayan gereja mengenai tanggung jawab masing-masing karena sebagian anggota Jemaat dan pelayan Kristus yang hidup di tengah-tengah kota besar yang ramai dan maju serta berkembang dalam segala hal mereka selalu menghadapi berbagai-bagai tantangan hidup pengaruh moral dan spiritualitas yang buruk yang membuat mereka tidak sehati sepikiran, saling menuduh, saling menghakimi dan menjadi orang-orang yang egois, yang sombong, yang angkuh dan tinggi hati. Intinya, di Korintus ini banyak sekali pengaruh negatif seorang Kristen.

Mari kita coba Lihat kondisi yang sedang terjadi di Jemaat Korintus ini pada saat surat Korintus ini dikirim oleh Paulus satu persoalan yang sedang hangat di kota Korintus saat itu adalah bahwa sebagai kota besar masalah persaingan di antara orang perorangan, di antara kelompok dengan kelompok lain dan atau di antara golongan dengan golongan yang lain begitu merajalela begitu tinggi dan itu sangat berpengaruh pada kehidupan kekristenan bagi macam-macam di kota Korintus. Di jemaat Korintus ini, persaingan-persaingan seperti di atas, telah lama memasuki kehidupan baik anggota Jemaat biasa maupun bagi hidup pelayan. Bahkan  mereka terpecah belah dengan mengagung-agungkan tokoh-tokoh atau pelayan-pelayan yang mereka hormati, ada yang pro Paulus, ada yang pro Kefas, ada yang pro Apolos sebagaimana ditulis Paulus pada pasal 3 : 4 - 5 dan ayat 22. 

Saudara, terjadinya pro kontra dan persaingan-persaingan tidak sehat seperti ini sangat-sangat berpengaruh buruk tidak hanya secara jasmani secara ekonomi dan sosial tetapi pengaruhnya dalam kehidupan pelayan-pelayan dan orang-orang Kristen di kota Korintus itu, masing-masing orang-orang Kristen di sana mendahulukan pikirannya, kemampuannya, kekuatannya bahkan kelicikannya sendiri dan pastilah peranan Tuhan, peranan Kristus dan kuasa Roh Kudus di sana hilang. Orang akan jatuh kepada saling menjelek-jelekkan, saling tuduh menuduh, orang-orang akan sibuk dengan mencari-cari kelemahan, kekurangan, menambah-nambah kejelekan orang lain bahkan saling hakim menghakimi, curiga mencurigai, tidak lagi saling percaya mempercayai sesama Jemaat dan sesama pelayan, dan efek yang paling fatal lagi dalam gereja Korintus ini sendiri ternyata banyak pelayan-pelayan gereja yang tidak lagi bertanggung jawab dalam tugasnya dalam pelayanan yang mereka embani, mereka sudah pandang enteng terhadap tugas-tugasnya. Bahkan banyak di antara Jemaat dan para pelayan gereja itu yang menyangsikan Paulus sendiri sebagai hamba Tuhan yang benar-benar dipilih oleh Tuhan, sebab menurut sebagian diantara mereka dari sejarah hidupnya Paulus itu, kata mereka bukan salah seorang murid dari Yesus dan Paulus itu dulunya kan anti Kristus mengejar Kristen kata mereka.

Surat 1 Korintus ini berisikan argumen Paulus yang berusaha untuk mengoreksi dan meluruskan pandangan Jemaat Korintus mengenai peranannya sebagai hamba Tuhan di hadapan Tuhan pada ayat 1 Paulus mengatakan bahwa seorang pemimpin rohani itu adalah seorang hamba Tuhan yang dipercayakan oleh Tuhan untuk mengetahui segala rahasia Allah. Pada ayat 2 para pemimpin rohani itu adalah seorang hamba yang dapat dipercaya sehingga dia harus menjaga kepercayaan penuh yang diberikan bantuannya kepadanya. Pada ayat 3 bagi Paulus yang penting adalah setia kepada Injil yang telah dia terima dan dia beritakan itu dan untuk mengevaluasi kinerjanya sendiri dan pelayanannya bukan sesuatu yang utama karena Tuhan tahu semuanya. Pada ayat 4 Paulus menegaskan bahwa Hanya Tuhanlah Yang berkompeten mengevaluasi kinerja dan pelayanannya bukan manusia Istilah yang dipakai Paulus di sini hanya Tuhan yang bisa menghakimi ini hak prerogatif daripada Tuhan sendiri dan pada ayat 5 Paulus mengingatkan Jemaat Korintus Jangan pernah sekali-kali menghakimi sebelum Tuhan dating, hanya Tuhan yang tahu yang hal-hal yang tersembunyi hingga suatu waktu kelak dia menerima pujian dari Allah.

Dari paparan di atas, pesan khotbah ini adalah 
Pesan pertama, jadilah hamba Tuhan yang dapat dipercaya (juarabagas na haposan) (ayat 1-2) 
Pada ayat 1 ditulis demikianlah hendak punya orang memandang kami sebagai hamba-hamba Kristus yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah dan pada ayat 2 diteruskan lagi yang lahirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah bahwa mereka ternyata dapat dipercaya. Dari kedua ayat ini ada dua hal yang sangat prinsipil diajarkan oleh Paulus bagi kita: yang pertama sebagai hamba kita ini adalah hamba (juarabagas) atau pembantu, asisten, pengikut. Jadi kalau Paulus mengatakan dan mendorong supaya kita menjadi hamba atau menjadi juarabagas ni Kristus di sini maka kita didorong oleh Paulus oleh khotbah ini agar kita menjadi seorang yang terikat di bawah kendali dan tergantung sepenuhnya kepada tuannya yaitu Yesus Kristus jadi seorang yang menjadi hamba Kristus atau juara bagas ni Kristus seperti kita, tidak bebas mengikuti kehendaknya, seleranya, keinginan dan suara hatinya saja, tidak boleh suka-sukanya saja tetapi seorang hamba, sepenuhnya tergantung, tetap setia, tetap dengar-dengaran kepada petunjuk suruhan dan arahan dari Tuhannya yang menyuruhnya yaitu Yesus Kristus. 

Selanjutnya, Paulus mendorong kita sebagai hamba Tuhan, kita harus dapat dipercaya (haposan) atau tidak pernah membuat tuannya kecewa, tuannya merasa senang dalam semua pelayanannya itu dipercayakan oleh tuannya semua harta milik tuannya sendiri. Nah, saudara-saudara inilah yang dikehendaki Tuhan kepada kita, semua yang dijuluki sebagai hamba Kristus,  perlu kita pastikan “Siapakah yang disebut hamba Kristus saat ini?” apakah hanya pemangku jabatan gerejawi saja, hanya para parhalado saja? oh tidak, Paulus memastikan kepada kita semuanya adalah para hamba Tuhan atau juarabagas, semua orang percaya kepada Kristus Yesus di manapun dia melayani, di manapun dia bekerja, mengabdi, setiap orang yang diberi Tuhan kesempatan melayani baik di lembaga Rohani, di lembaga gereja baik sebagai pendeta, sebagai sintua, sebagai guru Injil, sebagai pelayan di bidang Koinonia, Marturia, Diakonia, mereka atau kita semua itu adalah para hamba-hamba Tuhan yang bekerja di bidang sekuler juga seperti di lembaga-lembaga pemerintahan, di instansi-instansi negara, yang berkecimpung di bidang politis bahkan sebagai orang-orang yang bekerja di organisasi-organisasi masyarakat dan lain-lain, maka mereka adalah juga hamba-hamba Tuhan, mereka juga adalah juarabagas ni Debata. Nah di sanalah telah dititipkan tanggung jawab kepada kita semuanya agar dilaksanakan sebaik-baiknya.

Kita diminta  agar jadilah hamba yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab.  Tuhanlah yang memberi kita jabatan, pelayanan dan tanggung jawab maka Tuhan mengharapkan kita menjadi hamba-hamba yang dapat dipercaya. Jagalah, pelihara dan rawatlah mandat yang diberi oleh Tuhan itu kepada kita. Mari kita pikul semua jabatan dan pekerjaan yang dibebankan pada kita penuh sukacita dan bertanggung jawab. Jangan main-main, jangan separuh hati kita melakukannya. Nah agar bisa menjadi hamba yang dipercaya seperti itu, itu tidak mudah, memang tidak mudah makanya berjuanglah untuk menolak semua kompromi yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dalam pekerjaan, dalam bisnis, dalam pelayanan, pelayanan kita jangan berlaku curang, dalam jabatanmu ketika diangkat sebagai (misalnya) bendahara atau sebagai ketua organisasi, bersikaplah jujur dalam hal mengelola keuangan dan jangan menggunakan uang yang tidak atau bukan hak wewenang kita dan jangan menghakimi. 

Pesan yang kedua, mari kita jaga kesatuan hati (Hasadaon ni roha) sesama kita, saudara dalam kebersamaan kita di berbagai-bagai komunitas masyarakat di mana kita berada, kita pasti memiliki berbagai bagian latar belakang kebudayaan pengalaman hidup pendidikan atau status sosial, ekonomi dan posisi pelayanan yang berbeda-beda. Selain itu harus kita akui juga bahwa masing-masing pribadi kita juga memiliki sifat karakter dan perilaku atau bawaan bahkan tujuan dan kepentingan yang sifatnya pribadi yang belum tentu sama dengan keinginan-keinginan saudara-saudara kita yang lain. Apabila kita memaksakan semua kehendak dan selera pribadi kita itu sebagai prioritas utama dalam sebuah interaksi kita dengan orang-orang lain maka kita sudah jatuh kepada genggaman egois yang pasti bentrok dengan pribadi orang-orang lain dan menimbulkan benturan-benturan dengan sesama pelayan atau pekerja lainnya dan bisa saja kita akan dikeluarkan dari semua pergaulan dengan sesama teman-teman kita yang lain karena dipandangnya sangat-sangat berbeda dari tujuan hidup bersama-sama. Bagaimanapun keberadaan dan selera keinginan hasrat yang ada pada diri kita masing-masing maka kita harus bisa harmonis satu sama lain bahkan harus bisa mencapai kesesuaian dalam pola pikir dalam persekutuan yang indah bersama-sama orang lain. Mari kita dibangun di dalam Kristus, hidup kekristenan kita selalu punya dua arah vertikal dan horizontal yakni memelihara hubungan dengan Tuhan dan hubungan sesama kita maka semua pelayanan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba Tuhan terwujud.

Sadarilah Bapak Ibu bahwa sehebat apapun kemampuan kita sendiri kita tidak akan dapat melakukan pekerjaan itu dengan sendiri saja, kita ini saling membutuhkan, saling melengkapi di dalam semua tugas-tugas pelayanan kita. Seorang pendeta tidak akan bisa melayani dengan sukses tanpa dibantu dengan pelayan-pelayan gereja lainnya atau sama dengan pekerja-pekerja lainnya di berbagai-bagai instansi atau kantor atau lembaga-lembaga organisasi kemasyarakatan lainnya. Nah di sinilah kita perlu kerja sama dan sama sama kerja di semua bidang, mari kita membangun kesatuan yang harus kita jaga, kita rawat. 

Ilustrasi pendukung lihat di sini ….
Nah ada sebuah cerita ilustrasi begini dua orang anak sedang menangkap ikan di kali Merdeka Setelah beberapa lama mencari ikan akhirnya Memang mereka berdua mendapat satu ekor ikan lele yang agak besar nah saat tiba waktunya berbagi ikan yang dapat yang satu-satu ini mereka bertengkar karena cara membaginya masing-masing nggak fair yang satu bilang aku yang dapat maka padakulah yang harus lebih banyak yang lain Bilang karena aku yang menghalau dari sini dan kamu yang menangkap di situ katanya yang satu lagi nah saat-saat mereka sedang bertengkar seperti itu datanglah seorang bapak-bapak setengah tua berjanggut panjang rambutnya gimbal dia bilang Mari saya bagi kemudian ikan itu dipotong dua pas di leher daripada ikan itu dan kepalanya dibagi dua satu bagian dikasih kepada si A satu bagian lagi dikasih kepada si B dan tubuhnya yang lain itu dibawa oleh sebab bagi yang berambut gimbal tadi itu dan kemudian pergi dengan membawa tubuh ikan itu wah saudara saudara itulah akibatnya kalau tidak ada kesatuan hati molosodus Roha apa yang terjadi dua nama kita berkat berkat Tuhan dan rezeki akan hilang kekecewaanlah gantinya makanya Bapak Ibu dan saudara-saudara 

Mari kita rawat kesatuan hati Hasa daun niroha agar sedikitpun berkat yang kita terima tetapi hati kita penuh damai sejahtera untuk menikmatinya tuh apalagi banyak dan berlimpah-limpah lagi seberat apapun pekerjaan atau pelayanan yang harus kita emban kita hadapi maka kita akan mengerjakannya bersama-sama semuanya menjadi ringan maka kita akan merasa terberkati dalam semuanya itu Amin Bapak Ibu dan saudara-saudara 

Pesan yang ketiga, jauhkan rasa saling curiga mencurigai dan hakim-hakimi. Rasul Paulus sadar betul bahwa Tuhan sajalah yang berhak menghakimi pada ayat 4 akhir dan lanjut pada ayat 5 Paulus menegaskan bahwa Hanya Tuhan sajalah yang berhak dan berkompeten menghakimi, hak seperti itu tidak ada pada manusia. Paulus menulis, Dia yang menghakimi aku ialah Tuhan karena itu janganlah menghakimi sebelum waktunya yaitu sebelum Tuhan dating. Pada Waktunya Tuhan sendirilah akan menerangi, membuka semua rahasia-rahasia yang tersembunyi itu, Tuhanlah yang membongkar sebuah niat-niat yang terpendam dalam hati manusia. Paulus sudah merasakan sakitnya ketika banyak penghakiman yang berisi cemoohan, penghinaan, fitnahan kasar yang menusuk hingga ke sumsum tulangnya. Paulus itu cukup tangguh menghadapi kondisi itu, dia selalu berdiri di atas kasih Tuhan, apapun penilaian orang terhadapnya bagi Paulus Hanya Tuhan satu-satunya Hakim yang sejati. Dia tetap menjaga bahwa tidak ada perlakuan dan pelayanannya yang salah tetapi untuk memastikannya, dia menyerahkan semuanya pada Tuhan, Hakim Agung itu. Paulus menyadarkan kita sekarang lewat pengajaran khotbah ini agar kita menjauhkan diri dari semua praktek-praktek yang saling menghakimi itu. 

Sadar atau tidak sadar bahwa praktik saling menghakimi ini sebenarnya sangat-sangat menyedihkan sekali, salah satu penyebab hilangnya kebahagiaan dan sukacita banyak orang adalah karena ada penilaian negatif, tuduhan-tuduhan miring yang diberikan oleh orang lain kepadanya tanpa dasar. Banyak orang yang menjadi sedih hatinya, penat sekali, digerogoti kekecewaan bahkan terpuruk jatuh rebah akibat terngiang-ngiang mendengar memikirkan penghakiman-penghakiman, kritik-kritik busuk, tajam, olok-olokan dan penghinaan orang lain yang sampai ke telinganya. Bukannya tidak boleh mengkritik sesama kita, kalau dasar kritikan kita itu memang jelas ada tujuan yang positif, ada dampak yang bagus dari kritikan-kritikan itu pada waktu-waktu yang akan datang, nah bagus sekali kita mengkritik orang lain dengan masukkan-masukan yang positif itu baginya tetapi mengkritik tidak sama dengan menghakimi sebab menghakimi biasanya tidak didasarkan pada niat dan tujuan yang baik tetapi mau menjatuhkan makanya jauhkanlah sikap menghakimi kalau kita hendak memberi masukan dan usul perbaikan. Sampaikanlah itu di dalam kasih. Amin.

No comments: