PERHATIAN

------------------- Dukung Pelayanan saya di Pedalaman Kalimantan melalui Pendirian POS PI (Pos Pekabaran Injil Suku Dalam) ------------------- Bila ada kesulitan dan dukungan doa bisa disampaikan dengan lewat : muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com -------------------

17.9.23

MENGHAKIMI AKAN DIHAKIMI, Matius 7 : 1


JANGAN MENGHAKIMI
( MATIUS 7 : 1 )




Alkitab melarang kita untuk menghakimi
Matius 7 : 1
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi

Roma 14 : 10
Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

Yakobus 4 : 12
Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

Menghakimi sangat dilarang oleh Alkitab karena akan merugikan banyak orang.


Berikut ini adalah Tokoh Alkitab yang menghakimi atau menuduh tanpa bukti atau fitnah. Ini sangat dilarang, yaitu

Istri potifar
Istri Potifar mencoba untuk merayu Yusuf. Ketika Yusuf menolak, ia membuat tuduhan palsu terhadap Yusuf bahwa ia mencoba memperkosanya. Akibatnya, Yusuf dijebloskan ke penjara karena tuduhan yang salah.

Para sahabat Ayub
para sahabat Ayub, Elifaz, Bildad, dan Zofar, cenderung menghakimi atau menuduh Ayub melakukan dosa yang menyebabkan penderitaannya. Mereka mengira bahwa Ayub pastilah bersalah atas penderitaannya.

Orang Farisi
Beberapa tokoh Farisi dalam Injil sering kali menuduh Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka mencoba menemukan kesalahan atau alasan untuk menyalahkan Yesus dan mencoba menjatuhkan-Nya.

Pembunuh Stefanus
Dalam Kisah Para Rasul, ada sejumlah orang Yahudi menuduh Stefanus melakukan penodaan terhadap hukum Taurat. Mereka marah dan akhirnya membunuhnya.

Iblis 
Dalam Kejadian 3 ayat 1 sampai 5, Iblis memfitnah Allah kepada Hawa dengan memberikan penafsiran yang salah terhadap perintah Allah, memutar balikkan kata-kata Allah dan dengan menghasut Hawa untuk mendekati buah terlarang. 

Dalam kitab Wahyu, Iblis digambarkan sebagai sang pemfitnah yang menuduh saudara-saudara kita di hadapan Allah secara terus-menerus. Iblis adalah musuh utama yang mencoba menjatuhkan orang-orang percaya dengan menuduh mereka di hadapan Allah. Bisa dilihat di Wahyu 12 ayat 10.


Maka itu katakan ya jika ya dan tidak jika tidak, lebih dari itu adalah jahat.

Maka itu janganlah menghakimi.


Mengapa kita tidak boleh menghakimi ?

Menghakimi bukanlah tugas kita.
kita seharusnya lebih fokus pada tugas dan tanggung jawab kita sendiri daripada terlalu banyak memikirkan orang lain. Menghabiskan waktu dan energi untuk menghakimi orang lain dapat mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang lebih penting, seperti pertumbuhan rohani dan melayani Allah.

Kita adalah hamba Kristus: 
Ini mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus dan melakukan pekerjaan-Nya di dunia ini. Menyenangkan hati Kristus.

Kita tidak tahu segalanya: 
kita tidak tahu segalanya. Kita tidak dapat memahami sepenuhnya rancangan hati dan niat seseorang. Oleh karena itu, kita tidak berhak menghakimi mereka berdasarkan penilaian atau prasangka kita sendiri.

Keterbatasan Pengetahuan: 
Kita tidak dapat mengetahui sepenuhnya niat hati dan pikiran orang lain. Oleh karena itu, kita tidak seharusnya membuat penilaian atau menghakimi orang lain berdasarkan pemahaman kita yang terbatas.

Penghakiman yang salah bisa merusak hubungan dan persekutuan
Menghakimi orang lain dengan keras dan tanpa dasar yang kuat bisa merusak hubungan dan persekutuan dalam gereja atau komunitas. Ini dapat menyebabkan konflik dan ketegangan yang tidak perlu. 

Hanya Allah yang tahu hati dan pikiran seseorang
hanya Allah yang tahu sepenuhnya hati dan pikiran seseorang. Manusia seringkali hanya melihat tindakan dan perilaku luar, tetapi hanya Allah yang tahu apa yang terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena itu, kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghakimi orang lain dengan benar.

Kasih dan Hormat
Sangat perlu menunjukkan kasih dan saling menghormati bukan menghakimi.

Penghakiman yang sesuai
Seharusnya tidak menghakimi secara sembarangan, sembrono atau berdasarkan prasangka. Yang dimaksudkan adalah bahwa kita tidak seharusnya bersikap sombong atau berpikir lebih tinggi daripada orang lain saat kita melakukan penghakiman. Penghakiman yang adil dan benar harus didasarkan pada fakta dan kasih.


PERANAN ALLAH

Pengawasan dari Allah: 
seringkali kita hanya melihat permukaan atau tindakan luar dari seseorang. Namun, hanya Allah yang memiliki pengetahuan penuh tentang hati dan niat seseorang. Hanya Dia yang dapat memahami motivasi sejati dan penghakiman yang adil.

Hanya Allah yang tahu hati dan pikiran seseorang: 
hanya Allah yang tahu sepenuhnya hati dan pikiran seseorang. Manusia seringkali hanya melihat tindakan dan perilaku luar, tetapi hanya Allah yang tahu apa yang terjadi di dalam hati seseorang. Oleh karena itu, kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menghakimi orang lain dengan benar.

Allah sendiri akan melakukan penghakiman akhir: 
Ayat-ayat ini juga menegaskan bahwa pada akhirnya, Allah sendirilah yang akan melakukan penghakiman akhir terhadap semua orang. Kita semua akan berdiri di hadapan Allah untuk pertanggungjawaban kita. Oleh karena itu, kita sebaiknya lebih fokus pada kesejajaran kita dengan Allah dan mempersiapkan diri untuk pertanggungjawaban itu daripada terlalu banyak menghakimi orang lain.

Hakim sejati adalah Tuhan, dan Dia akan mengungkapkan segala hal yang tersembunyi pada waktunya. Setiap orang akan mendapatkan pujian atau hukuman sesuai dengan perbuatan dan niat mereka ketika Tuhan datang untuk mengadili.

Hanya Allah yang berhak menghakimi: 
hanya Allah yang berhak menghakimi. Paulus, penulis surat ini, menegaskan bahwa bahkan dirinya sendiri tidak menghakimi dirinya sendiri. Hanya Allah yang tahu dengan pasti apa yang ada dalam hati seseorang dan bagaimana Dia akan menghakiminya.

Kewenangan Allah: 
hanya Allah yang memiliki hak untuk menghakimi dan menghakimi akhirat setiap individu. Kita sebagai manusia tidak memiliki pengetahuan dan wewenang untuk memutuskan nasib akhir seseorang.

Menunggu Kehendak Tuhan: 
Kita harus menunggu Tuhan untuk melakukan penghakiman terhadap setiap individu pada waktu yang ditentukan-Nya. Kita tidak boleh berusaha menggantikan peran Tuhan dalam hal ini.

Lembaga Kehakiman
Sebagai negara Hukum maka Tuhan mengijinkan Lembaga kehakiman yang mana seorang hakim akan menentukan salah atau benarnya seseorang sesuai dengan jalannya sidang dan fakta-fakta yang mendukung. Namun itu hanyalah gambaran dimana akan tiba waktunya penghakiman terakhir dan adil akan datang melalui Allah sendiri.

No comments: