Ada pepatah orang bijak berkata: Banyak orang berjalan keluar masuk dalam
hidupmu. Tetapi hanya sahabat sejati yang meninggalkan jejak kakinya di hatimu.
Dan umpama Batak berkata: Manuk ni Pealangge, hotekhotek laho marpira, sirang
maraleale, lobian sian matean ina. Itulah indahnya persahabatan. Sahabat yang
baik sulit didapat, lebih sulit ditinggalkan dan mustahil untuk dilupakan. Itulah
yang terjadi bagi Daud. Ada seorang sahabat yang kental bagi Daud yang melebihi
hubungan saudara kandung, persahabatan tersebut tetap membara meskipun
sahabatnya telah mati di medan perang, persahabatan tersebut tidak lekang oleh
waktu meskipun kejayaan, kesuksesan, kekayaan dan istana telah diperoleh Daud
sebagai raja. Persahabatan Daud kepada Yonatan ini membuat Daud mengasihi Yonatan
melalui keluarganya dengan berkata: “"Masih adakah orang yang tinggal dari
keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan”
(ay.1).
Masih ada, Yonatan memiliki anak bernama Mefiboset yang cacat. Daud
menerima Mefiboset meskipun cacat, mengembalikan harta Saul dan diijinkan tetap
makan sehidangan dengan raja Daud. Begitu luar biasa penerimaan Daud, Daud
mampu melakukan itu, karena dia selalu memikirkan TUHAN. Apa yang dia lakukan
terhadap keluarga Saud dan Yonatan melalui Mefiboset, bukanlah karena dirinya
sendiri, tetapi karena “aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah”.
Daud ingat betul janji persahabatannya dengan Yonatan, mereka ikat di hadapan
Allah (1 Sam. 20:42). Allah mereka jadikan saksi. Itulah yang menyebabkan Daud
mampu melakukan perbuatan mengasihi seperti itu.
Apa yang bisa kita pelajari dari Firman Tuhan hari ini? Pertama: Tentunya mengasihi
SAHABAT kita bahkan melebihi hubungan saudara (Amsal 18:24) bahkan sampai
keturunannya. Sudahkah kita lakukan? Kedua:
Bagaimana menunjukkan kasih kita kepada TUHAN melalui orang penyandang cacat (diffabelitas
menggantikan istilah disabilitas oleh WCC thn.1990). sebagai orang Kristen,
kita harus memandang diffabel bukan lagi sebagai penyandang hukuman atau yang
hubungan dengan dosa atau kesalahan keluarga, lingkungan atau si penyandang
cacat. Justru kita mesti membangun prinsip-prinsip empati, melakukan pendampingan
dan persaudaraan dalam upaya memahami rencana Allah atau hidup penyandang
diffabelitas. Sadarkah kita bahwa TUHAN tidak salah desain terhadap mereka.
TUHAN memiliki rencana indah dalam hidup setiap ciptaanNya, mereka itu
istimewa. Mereka adalah ciptaan TUHAN yang unik, dengan kelebihan dan
kekurangannya, sama seperti manusia lainnya memiliki “differently-able” (kemampuan
yang berbeda) bukan “dis-able” (tidak mampu). Firman ini juga berseru kepada
seluruh orang tua bahwa TUHAN memberikan anak Istimewa kepada orang tua
Istimewa, pasti kita bisa mendampingi mereka. Kiranya dengan kasih TUHAN yang
telah kita terima dapat kita bagikan kepada penyandang diffabilitas. Amin.
MP
No comments:
Post a Comment