PERHATIAN

------------------- Dukung Pelayanan saya di Pedalaman Kalimantan melalui Pendirian POS PI (Pos Pekabaran Injil Suku Dalam) ------------------- Bila ada kesulitan dan dukungan doa bisa disampaikan dengan lewat : muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com -------------------

31.10.23

HARI REFORMASI

RENUNGAN HARIAN
Selasa, 31 Oktober 2023

HIDUP KUDUS
PERINGATAN HARI REFORMASI
OLEH MARTHIN LUTHER
( Ibrani 12 : 14 )



Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
( Ibrani 12 : 14 )


Ayat ini mengajak kita untuk menjalani kehidupan yang penuh damai dengan semua orang. Damai bukan hanya tentang ketiadaan konflik atau pertengkaran, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan pengertian. Ketika kita hidup dalam damai dengan sesama, kita mencerminkan karakter Tuhan yang juga adalah Allah damai.

Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya mengejar kekudusan. Kekudusan adalah proses pertumbuhan rohani di mana kita mencoba untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan menjauhi dosa. Ini adalah panggilan untuk hidup hidup yang benar di mata Tuhan. Kekudusan adalah jalan menuju pertemuan dengan Tuhan, karena dalam kekudusan, kita semakin dekat dengan-Nya.

Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa tanpa kekudusan, tidak ada yang akan melihat Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kekudusan adalah persyaratan untuk mengenal Tuhan lebih dalam dan untuk memasuki kehadiran-Nya. Dengan kata lain, kekudusan adalah kunci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengalami kehadiran-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat merenungkan ayat ini dengan bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya berusaha hidup dalam damai dengan semua orang di sekitar saya?" dan "Apakah saya aktif mengejar kekudusan dalam hidup saya?" Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan cara kita menjalani kehidupan kita sehari-hari dan bagaimana kita mendekatkan diri kepada Tuhan melalui kekudusan. Amin.


=============

LAMPIRAN TAMBAHAN
PADA HARI REFORMASI MARTHIN LUTHER
( 31 OKTOBER 1517 - 31 OKTOBER 2023 ) 



Hubungan antara ayat Ibrani 12:14 dan Hari Reformasi yang diinisiasi oleh Martin Luther adalah bahwa pemahaman mengenai kekudusan, pembenaran, dan karya Kristus adalah salah satu inti dari ajaran Reformasi Protestan yang diprakarsai oleh Martin Luther dan tokoh-tokoh Reformasi lainnya (seperti John Calvin dan Huldrych Zwingli). Beberapa kaitan antara ayat tersebut dengan Hari Reformasi adalah:

1) Pemahaman tentang Kekudusan
Martin Luther dan Reformator lainnya menekankan pentingnya kekudusan dalam hidup beriman. Mereka menafsirkan doktrin kekudusan sebagai pemisahan diri dari dosa dan pencarian kekudusan dalam hidup. Hal ini sejalan dengan pesan Ibrani 12:14 yang mengajak kita untuk mengejar kekudusan.

2) Justifikasi oleh Iman
Martin Luther sangat menekankan konsep pembenaran oleh iman, yang artinya bahwa kita dibenarkan di hadapan Tuhan bukan karena perbuatan baik kita sendiri, tetapi karena iman dalam Kristus. Konsep ini menggarisbawahi bahwa hanya melalui iman dalam karya penyelamatan Kristus seseorang dapat mendekati Tuhan dan hidup dalam kekudusan.

3) Kemurnian Doktrin Kristen
Reformasi Protestan menekankan pentingnya kemurnian ajaran Kristen. Martin Luther dan para Reformator lainnya berjuang melawan penyimpangan dalam ajaran gereja dan berusaha untuk mengembalikan kemurnian ajaran Kristen sesuai dengan Kitab Suci. Ini sejalan dengan pemikiran bahwa tanpa kekudusan (yang mencakup pemurnian ajaran), kita tidak akan melihat Tuhan.

4) Peran Alkitab
Reformator Protestan seperti Luther menggarisbawahi pentingnya Kitab Suci sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan gereja dan iman. Ayat-ayat seperti Ibrani 12:14 merupakan dasar teologis bagi mereka dalam merumuskan ajaran-ajaran mereka.

Dalam konteks Hari Reformasi, ayat Ibrani 12:14 dan pemahaman akan pentingnya kekudusan, pembenaran oleh iman, pemurnian doktrin, serta peran Kitab Suci adalah elemen-elemen kunci yang ditanamkan oleh Martin Luther dan Reformator lainnya dalam gerakan Reformasi Protestan. Reformasi Protestan dipandang sebagai upaya untuk memulihkan ajaran Kristen yang sesuai dengan Kitab Suci dan untuk membawa kembali fokus pada kekudusan dan pembenaran oleh iman dalam Kristus.



Saudaraku,

Ibrani 12:14 memiliki kaitan dengan prinsip-prinsip dasar Reformasi Protestan, yang dikenal sebagai "sola fide" (oleh iman saja), "sola scriptura" (oleh Kitab Suci saja), dan "sola gratia" (oleh anugerah saja). Mari kita lihat bagaimana ayat ini berhubungan dengan prinsip-prinsip ini:

Sola Fide (Oleh Iman Saja): 
Prinsip ini mengajarkan bahwa keselamatan manusia hanya dapat dicapai melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ayat Ibrani 12:14, yang menyebutkan "tanpa kekudusan tidak ada seorang pun akan melihat Tuhan," menekankan pentingnya kekudusan dalam hidup seorang Kristen. Kekudusan ini tidak dapat diperoleh melalui perbuatan atau usaha manusia (penjualan surat Indulgensia (penghapusan siksa-dosa) yang dilakukan oleh Paus pada tahun 1517), tetapi melalui iman dalam Kristus, yang mewakili kekudusan dan menghapus dosa. Oleh karena itu, "sola fide" menggarisbawahi pentingnya iman dalam mencapai kekudusan.

Sola Scriptura (Oleh Kitab Suci Saja): 
Prinsip ini menegaskan bahwa Kitab Suci adalah otoritas tertinggi dalam kehidupan Kristen dan sumber ajaran iman. Ibrani 12:14 adalah bagian dari Kitab Suci yang menjadi panduan bagi umat Kristen. Ayat ini menekankan kekudusan dan hubungan dengan Tuhan, yang harus didasarkan pada ajaran dan prinsip yang terdapat dalam Kitab Suci. Prinsip "sola scriptura" mendorong umat Kristen untuk mencari panduan kekudusan mereka dalam Kitab Suci sehingga mereka kuat (Roma 1:16-17).

Sola Gratia (Oleh Anugerah Saja): 
Prinsip ini mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah yang tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia. Ayat Ibrani 12:14, yang mencatat bahwa "tanpa kekudusan tidak ada seorang pun akan melihat Tuhan," menggarisbawahi bahwa kekudusan itu sendiri adalah anugerah dari Allah. Tidak ada usaha manusia yang dapat mencapai kekudusan tanpa campur tangan anugerah Allah. Oleh karena itu, "sola gratia" menekankan bahwa kekudusan juga merupakan anugerah Allah.

Dengan pemahaman inilah maka Luther menempelkan 95 dalil bukti protesnya atas surat indulgensia di pintu gereja Wittenberg (lihat gambar muribo di atas).

Dengan demikian, Ibrani 12:14 memiliki kaitan yang kuat dengan prinsip-prinsip dasar Reformasi Protestan, yang menegaskan pentingnya iman, Kitab Suci, dan anugerah Allah dalam mencapai kekudusan dan keselamatan.


PROTES VS PROTESTAN

Protestanisme tidak muncul karena "protes" Martin Luther secara harfiah, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan pandangan teologis dan penolakan terhadap beberapa ajaran dan praktik yang ada di Gereja Katolik Roma pada abad ke-16. Sebutan "Protestan" sendiri berasal dari "protestatio," yang berarti "pernyataan protes." Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya gerakan Protestanisme adalah:

1) Kritik terhadap Penjualan Indulgensi
Martin Luther dan banyak orang lain pada masanya mengecam praktik penjualan indulgensi oleh Gereja Katolik, yang dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan keagamaan. Indulgensi adalah surat pengampunan dosa yang bisa dibeli, dan Luther melihat ini sebagai penyimpangan dari ajaran Alkitab.

2) Keinginan untuk Mengembalikan Ajaran Alkitab
Reformator-reformator seperti Martin Luther, John Calvin, dan Huldrych Zwingli mendorong agar ajaran Gereja didasarkan pada Kitab Suci. Mereka menekankan pentingnya "sola scriptura" atau oleh Kitab Suci saja sebagai otoritas utama dalam iman Kristen.

3) Penolakan terhadap Otoritas Paus
Para reformator menolak otoritas absolut Paus dan memandangnya sebagai otoritas yang salah dalam hal ajaran dan praktik Gereja. Mereka mendukung prinsip "sola fide" atau oleh iman saja sebagai cara untuk mencapai keselamatan, bukan melalui hierarki Gereja.

4) Terjemahan Alkitab
Ada dorongan untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa-bahasa Lokal. Para Reformator mendorong penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa rakyat, seperti Luther menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman. Ini memungkinkan umat Kristen biasa untuk membaca dan memahami Kitab Suci sendiri.

Dengan demikian, gerakan Protestanisme muncul sebagai reaksi terhadap apa yang mereka anggap sebagai ketidakmurnian dalam Gereja Katolik dan sebagai upaya untuk memulihkan keyakinan dan praktik Kristen sesuai dengan ajaran Alkitab (bukan mau memisahkan diri dari Katolik atau bukan pula mau mendirikan agama baru tapi karena meluruskan doktrin). Meskipun Martin Luther memainkan peran penting dalam gerakan ini, Protestanisme tidak terbatas pada satu individu atau satu protes tunggal. Itu berkembang menjadi gerakan luas yang melibatkan banyak pemikir dan pemimpin gereja yang berkontribusi pada perkembangannya. 

Protestan muncul setelah hal tersebut terjadi yaitu:

1) Istilah ini pertama kali muncul dalam konteks Perjanjian Speyer (Speyer Protest) pada tahun 1529, di mana beberapa pangeran dan kota-kota di Kekaisaran Romawi Suci yang mendukung Reformasi memprotes kebijakan agama yang diterapkan oleh Kaisar Charles V.

2) Bentuk Protes atas penganiayaan terhadap pengikut Luther, Calvin, Zwingli dan Reformator lainnya.

3) Perjuangan memiliki kebebasan untuk mengikuti ajaran agama yang diyakini berdasarkan Alkitab, tanpa tekanan dari Gereja Katolik Roma atau pemerintah. 

4) Secara modern, gerakan ini kemudian berkembang menjadi gerakan Reformasi Protestan yang lebih luas, yang melibatkan tokoh-tokoh seperti Martin Luther, John Calvin, dan Huldrych Zwingli.

Jadi, istilah "Protestan" berasal dari aksi protes terhadap penganiayaan terhadap gerakan Reformasi, meskipun seiring waktu, istilah ini menjadi istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok Kristen yang mengikuti ajaran-ajaran Reformasi Protestan.




No comments: