PERHATIAN

------------------- Dukung Pelayanan saya di Pedalaman Kalimantan melalui Pendirian POS PI (Pos Pekabaran Injil Suku Dalam) ------------------- Bila ada kesulitan dan dukungan doa bisa disampaikan dengan lewat : muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com ------------------- muribo_psrb@yahoo.com -------------------

11.8.22

IBADAH YANG BERKENAN KEPADA TUHAN (YESAYA 58 : 9b-14)


 

IBADAH YANG BERKENAN

KEPADA TUHAN 

( YESAYA  58 : 9b - 14 )

 


 

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus! Kita bersyukur bila semakin banyak gedung gereja yang terbangun dan semakin mewah. Juga semakin banyak kebaktian raya atau KKR yang memukau. Namun pertanyaan, apakah kita sudah cukup puas dengan semua ritus itu? Apakah orang percaya cukup sekadar beribadah di gedung gereja atau melakukan ritus keagamaan? Apakah orang percaya cukup menjadi kelompok eksklusif yang asyik mengurus dirinya sendiri? Maaf, mungkin dengan lebih keras, apakah ibadah kita sesuai dengan keinginan Tuhan, atau malah ibadah yang tidak berguna? Saudaraku, dengan hati yang terbuka, dalam keobjektivan yang memadai, mari mendengar dengan hati nurani pesan dari Firman Tuhan ini.


Nats ini merupakan kritikan keras malah hardikan Allah kepada ibadah atau ritus keagamaan orang Israel. Lebih baik bila kita membaca seluruh pasal 58 ini. Rupanya, setelah kembali dari pembuangan, mereka sangat rajin beribadah, berpuasa, dan memberi persembahan. Tetapi dengan motivasi yang salah. Di ayat 4 dikatakan, mereka berpuasa tetapi sambil berbantah, berkelahi saling memukul dengan kekerasan, yaitu memaksa orang yang berhutang kepadanya harus membayar segera, menyakiti buruhnya dengan memaksa mereka bekerja keras.


Tetapi, yang paling jelek, mereka beribadah dan berpuasa hanya untuk memuaskan keinginan mereka. Mereka berpuasa bukan untuk Allah, melainkan untuk "memancing" Allah agar memenuhi segala keperluan mereka. Puasa dan ibadah Israel telah merosot menjadi kebiasaan legalis tik - sekedar upacara ritual tanpa penyerahan diri kepada Tuhan (bd. Zakaria 7:5). Ibadah telah menjadi perilaku yang munafik (Matius 16:6) demi untuk membenarkan diri sendiri (Lukas 18:12). Puasa dan ibadah telah kehilangan maknanya. Dan di ayat 4b -5, Tuhan mengatakan: Puasa seperti itu pasti tidak akan diindahkan. Malah - mari kita baca di Yesaya pasal 1, 11-15, Tuhan mengatakan kepada ibadah mereka: Aku jemu, Aku benci, baunya adalah kejijikan bagiKu, Aku benci. Tidak berguna. Mubazir.


Saudaraku! Sekarang bagaimana puasa dan ibadah yang benar? Coba kita baca dengan cermat ayat 6-7. Tuhan berkata: Berpuasa yang Kukehendaki, ialah: 6. supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelali man, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk (memerdekakan setiap orang). 7. supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Dengan kata lain: kita harus mau berbagi dan mau menjadi sahabat bagi mereka yang miskin.


Saudaraku! Ada hal yang patut kita gumuli dalam hal ibadah. Coba kita baca di Amos 5, 21-23. Allah mengatakan kepada Israel: Aku jijik dengan ibadahmu - aku muak dengan persembahanmu yang hanya ritus. Mengapa? Karena mereka beribadah di Bait Allah, tetapi di masyarakat, setelah kembali dari Bait Allah, mereka korupsi, memeras kaum miskin, menyembah berhala-berhala, melakukan penipuan, percabulan, dll. Ibadah mereka tidak berdampak apa-apa terhadap hidup sehari-hari mereka dan kepada masyarakat. Ibadah seperti itulah ibadah yang menjijikkan bagi Allah.


Saudaraku! Nats ini mengingatkan kita, bahwa beribadah dan berpuasa yang benar adalah: memerdekakan orang lain, membantu orang lain, berdiakonia. Itu yang dilakukan Tuhan Yesus di Epistel (Lukas 13) tadi, pada hari Sabat melepaskan perempuan yang terpenjara oleh penyakitnya selama 18 tahun itu. Mari kita nyanyikan PKJ no 264, 1-3. Ingat, koinonia tidak berguna tanpa diakonia. Pdt. DR. Andar Ismail mengatakan: Di gereja kita berbakti (menyembah Allah), di masyarakat kita beraksi, mengabdi bagi sesama. Yakobus 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Dalam nats ini disebutkan beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai praktek ibadah kita di masyarakat:


1. Tidak lagi mengenakan kuk kepada sesama (ay. 9b), tidak membuat orang menjadi terbeban, terhutang, terpenjara. Ada orang yang membebani temannya dengan pinjaman tetapi dengan bunga besar. Membebani orang dengan peraturan, seperti ahli-ahli Taurat. Banyak orang menjadi terbeban ketika datang ke gereja karena pakaian, perhiasan, atau karena persembahan atau lelang (yang walaupun tidak dipaksa tetapi dengan sukarela, namun sering menjadi beban).


Tetapi tugas kita adalah membebaskan semua orang dari semua beban yang memberatkan, dari semua kurungan yang memenjarakan, yang terbeban karena kemiskinan, sakit penyakit, pergumulan hidup. Karena kemajuan zaman ternyata sering menghadirkan penjara penjara dan beban-beban berat yang baru. Kita harus menjadi tangan Tuhan membebaskan mereka.


2. Tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah (ay. 9c). Ketika itu penguasa dan pengusaha bertindak sewenang wenang terhadap mereka yang miskin dan tak berdaya. Kekuasaan dan kekayaan digunakan menghina dan merendahkan martabat orang lain.

Tugas kita sebagai orang percaya justru meneladani Tuhan Yesus yang mau mengorbankan nyawaNya demi mengangkat harkat kemanusiaan kita; kita yang adalah budak dosa diangkat menjadi anak-anak Allah. Tugas kita adalah membela hak-hak orang lemah, mengangkat harkat semua orang terhina. Kita harus gunakan kekuasaan dan harta yang dititipkan Tuhan bagi kita untuk memperjuangkan dan memperlakukan keadilan bagi semua orang. Ibadah sejati, bila kita semua menghormati semua orang menurut harkat kemanusiaan yang Tuhan berikan kepada mereka. 

 

3. Membantu mereka yang miskin dan memuaskan mereka yang tertindas (ay. 10) Tuhan melalui Musa menetapkan bahwa di antara orang Israel tidak boleh ada orang miskin (Ulangan 5, 4) karena mereka harus saling membantu dalam solidaritas yang tinggi (baca Ul 23; Imamat 19, Imamat 23). Juga gereja mula-mula, di Kis 4:34-35 dikatakan, "Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (band. 2 Kor 8, 12-15). Seharusnya, di mana gereja berdiri, kemiskinan harus semakin berkurang dan dibagibagikan tidak ada orang miskin.


4. Menghormati Sabat (ay. 13-14). Sejatinya, Sabat diberikan seba-gai tanda Kasih Tuhan. William Barclay mengatakan bahwa Hukum Sabbat salah satu Hukum Kasih dan kebaikan hati yang paling besar. Sabat memastikan hak setiap orang untuk beristirahat, agar tidak menjadi budak pekerjaan. Hukum Sabbath merupakan hukum sosial yang mengandung nilai pembebasan dan kemanusiaan yang sangat tinggi, bahkan budak dan hewan pun punya hak untuk beristirahat! Satu kata kunci Sabbat, adalah PEMBEBASAN. Andaikan orang Yahudi dan kita berhasil menjalankan hukum Sabat, wah.. luar biasa hasil dan dampaknya.


Karena itu, ibadah bukanlah hanya di gedung gereja, tetapi terutama harus nampak dan berdampak pada hidup sehari-hari di masya rakat. Ibadah yang benar ialah tempat di mana Allah membuka hati kita bagi berkat yang la mau berikan kepada sesama kita dan menggerakkan kita menjadi pembantu-pembantuNya. Di gereja kita datang menyembah Tuhan dan bersekutu dengan sesama, tetapi di masyarakat kita membuktikan bahwa kita adalah pengikut Yesus dengan membagikan kasihNya kepada seluruh masyarakat. Itu hanya terjadi bila kasih Kristus sudah menguasai kita. Saat kasih Kristus bertumbuh di dalam kita, kasih Nya juga mengalir melalui kita.


Karena itu gereja jangan terperangkap dalam eksklusivisme, mengurung semua jemaat dan Tuhan di dalam ritus atau acara kebaktian di gereja. Gereja harus keluar untuk memberi rasa, menjadi garam, menjadi terang, menjadi tangan Tuhan Yesus membagi-bagikan kasih Yesus kepada semua orang di masyarakat. Gereja yang benar bila masyarakat merasakan makna kehadiran gereja di tempat itu. Gereja yang sejati, bukan yang hanya rajin beribadah di gereja, tetapi yang rajin membantu mereka yang miskin, yang berkekurangan, dan yang tertindas (baca Lukas 4, 18-20). Bila tidak, maka ibadah kita juga akan menjadi kejijikan bagi Tuhan. 

Tetapi, bila kita melakukan ibadah secara benar, maka Tuhan dalam nats ini memberikan janjiNYa:

1. Doa-doa kita dalam ibadah akan didengarkan (ay. 9a). Itulah keinginan kita, agar Tuhan mewujudkan doa permohonan kita. Tetapi, bila ibadah kita tidak benar, mari kita baca di Yes 1, 15 - "Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengar-kannya, sebab tanganmu penuh dengan darah" Tetapi bila kita beribadah dengan benar dalam hidup kita, maka telinga dan hati Tuhan akan selalu terbuka bagi doa dan permohonan kita. Bila Saudara menginginkan doamu diterima Allah, beribadahlah dengan benar


2. Terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari (ay. 11) Ketika iman kita mendorong kita melakukan apa yang Tuhan Yesus lakukan, maka terang Yesus akan membuang kegelapan kita, dan kita akan menjadi terang. Dan, orang akan melihat Terang Kristus yang memancar melalui kasihNya yang kita tebar. Alhasil, kegelapan dunia karena ulah si iblis akan menjadi sima oleh ibadah kita yang benar.


3. Tuhan akan menuntun, memuaskan dan membaharui kekuatan kita (ay. 11). Ibadah yang benar dengan pembebasan dan solidaritas tadi bukan membuat kita menjadi miskin dan kehilangan daya. Tidak! Justru sebaliknya. Semakin kita bersolidaritas dan berjuang untuk membebaskan orang lain, Tuhan akan memberikan kita arah, sehingga kita tidak salah jalan atau tersesat, yang sangat melelahkan. Arah yang jelas membuat pekerjaan efektip dan efisien. Ditambah lagi dengan kepuasan akan hasil kerja yang kita lakukan. Karena Tuhan akan memuji perbuatan yang kita lakukan (walau kecil sekalipun) itu akan membuat kita puas. Kepuasan (satisfaction) membuat setiap orang semakin bersemangat. Dan itu memberi kita kekuatan baru dan kesegaran ketika sudah lelah melakukan pekerjaan Tuhan. Kita akan "seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40, 31b).


4. Persekutuan umat Tuhan akan terbangun kembali (ay. 12). Sikap para penguasa dan pengusaha yang lalim membuat umat tercerai berai. Tetapi bila ibadah dilakukan secara benar melalui usaha pembebasan dan solidaritas maka persekutuan umat akan terus terbina. Dengan kesatuan dan persatuan maka usaha pembangunan Bait Allah yang sudah runtuh juga akan berhasil. Segala usaha dan program yang dilakukan huria akan berhasil bila ibadahnya sudah benar, yaitu pembebasan dan solidaritas. Tampakna do rantosna rim ni tahi do gogona, kata tetua Batak.


5. Jemaat akan bersenang-senang karena Tuhan dan penuh makanan (ay14). Kesatuan umat akibat ibadah yang benar melalui pembebasan dan solidaritas tadi akan membuahkan sukacita. Karena segala derita dan beban berat sudah menjadi milik bersama. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, itu membuat kita mampu bersenang-senang. Dan, yang mengatakan itu adalah Tuhan (bukan saya) yang adalah Allah yang setia, yang tidak pernah ingkar tetapi selalu menepati janjiNya karena la adalah Allah yang mampu melakukan apapun, tetapi terutama yang sangat mengasihi kita. Pasti janji itu akan kita terima bila kita beribadah secara benar, yaitu membebaskan dan bersolidaritas kepada sesama.  Amin.

 

Pdt Muribo Pasaribu Pendeta Fungsional HKBP Setia Mekar Resort Setia Mekar Distrik XIX Bekasi

No comments: