TELADAN
Saya mengenal seorang bapak yang sangat rajin mendorong anaknya
datang beribadah di gereja. Setiap Minggu pagi ia akan membangunkan
anaknya, membantunya bersiap-siap, lalu mengantarnya ke sekolah
minggu. Namun, setelahnya, ia sendiri tidak mengikuti kebaktian dan
pergi ke tempat lain. Entah bagaimana anak ini memahami makna ibadah
di gereja dengan teladan bapaknya yang demikian. Tanpa pemahaman
yang benar, kemungkinan ia akan meninggalkan gereja setelah bapaknya
tiada.
Sikap yang demikian tidaklah disarankan Paulus kepada Titus, anak
rohaninya yang sedang melayani di Kreta. Titus dinasihatkan agar
menjadi seorang yang dapat diteladani. Ia harus lebih dulu melakukan
apa yang baik ketika menasihatkan orang untuk menguasai diri dalam
segala hal (ayat 6). Titus diharapkan untuk setia memberitakan
firman dengan benar (ayat 8) dan juga dapat menghidupi apa yang
diajarkannya, sebab pemberitaan yang keliru dan kesaksian yang buruk
dari umat Tuhan akan memberi celah bagi orang untuk tidak
menghormati Tuhan (bandingkan ayat 5). Sebaliknya, teladan yang
diberikan dengan penuh kerendahan hati membuat lawan tak bisa
mencela dan Tuhan dipermuliakan (bandingkan ayat 10).
Sudahkah kita menjadi teladan dalam pelayanan kita? Apakah ucapan
dan tindakan kita sudah selaras dalam kebenaran? Adakah hal-hal yang
perlu kita perbaiki agar pelayanan tidak terhalang? Dalam
keterbatasan kita, menjadi teladan pasti melibatkan banyak aspek
hidup pribadi yang perlu dikoreksi. Namun, jika hal itu akan membuat
Tuhan makin dihormati orang, bukankah kita akan bersukacita
melakukannya? RH
No comments:
Post a Comment