Matius pasal 3 ini
merupakan pelayanan Yohanes, kehadiran Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea
dengan sebuah pemberitaan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat, telah
menjadikan penduduk Yerusalem, Yudea dan sekitar Yordan mengaku dosa dan
memberi dirinya untuk dibaptis oleh Yohanes. Baptisan yang dilakukan oleh
Yohanes adalah Baptisan pertobatan. Namun, ditengah-tengah pelayanan Yohanes
membaptis orang banyak, Yesus juga datang dari Galilea untuk memberi diri
dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Kehadiran Yesus tentu saja membuat Yohanes
Pembaptis terkejut bahkan ia berkata : Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu dan
Engkau yang datang kepadaku?.
Bagaimana menurut
Saudara tentang pertanyaan Yohanes tersebut ? Pernyataan yang disampaikan oleh
Yohanes kepada Yesus sangat masuk akal. Dan saya kira kita juga sepakat bahwa
Yohanes tidak layak untuk membaptis Yesus. Sekilas kita melihat bagaimana
Yohanes menolak untuk melakukan tugas mulia itu kepada Yesus. Apalagi Yohanes
memahami bahwa Yesus adalah Tuhan dan sudah dipastikan bahwa Yesus tidak
berdosa sehingga tidak layak untuk menerima baptisan pertobatan yang sedang
dilaksanakan oleh Yohanes. Tetapi Yesus menjelaskan bahwa kedatangan-Nya adalah
penggenapan seluruh kehendak Bapa dan tentu sikap ini sebagai perwujudan bahwa Ia
taat kepada Bapa yang telah mengutus-Nya. Bukankah sering sekali juga kita
‘berpikir’ bahwa saya tidak layak untuk melakukan tugas ini atau pelayanan itu.
Memang, kerendahan hati
sangat perlu ditekankan dalam menjalani hidup ini, namun ketika Tuhan telah
menetapkan kita untuk melakukan suatu pekerjaan atau pelayanan, maka sebaiknya
kita melakukannya sebagai wujud ketaatan kepada Bapa yang telah
mempercayakannya kepada kita. Perhatikan sekali lagi jawaban Yesus yang
mengatakan “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Tuhan”. Kata kita di sini berarti setiap orang
yang telah percaya hendak melakukan dan tunduk di bawah kehendak Tuhan.
Berikutnya, setelah Yesus
selesai dibaptis dan keluar dari air, maka langit terbuka sebagai simbol bahwa
Yesus telah memperbaharui hubungan yang telah retak antara Allah dengan manusia
dan Yesus sendirilah yang menjadi jalan pendamaian itu. Lalu, Roh Allah turun
ke atas Yesus sebagai simbol pelantikan / peneguhan dan suara yang dari sorga
“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” sebagai simbol
pengutusan dalam memulai tugas pelayanan. Dalam peristiwa ini Allah menyatakan
diri-NYA kepada manusia bahkan ke-Tritunggalan Allah sekaligus juga dinyatakan
melalui peristiwa pembaptisan.
Bagaimana Respon kita
terhadap renungan ini:
1) Ketaatan kepada Tuhan akan memampukan
kita untuk mengerti dan melihat rencana Tuhan dalam hidup. Mula-mula Yohanes
menolak membabtis Yesus, karena ia merasa bahwa Yesus jauh lebih besar darinya.
Tetapi setelah Yesus menjelaskan Yohanespun tunduk melakukannya. Kadang-kadang
kita keberatan atau bersikeras untuk tidak mentaati Tuhan karena kita kurang
mengerti, karena kita memakai pikiran kita, padahal banyak sekali perbuatanNya
yang ajaib. Tetapi ketika kita sudah tahu, sudah diberi penjelasan kita
seharusnya sudah tunduk.
2) Ketaatan membutuhkan
pengorbanan, Yesus menganggap babtisan itu penting, karena itu jauh dari
Galilea Ia datang ke Yordan untuk dibabtis oleh Yohanes. Yesus mentaati BapaNya
dalam segala hal. Penyerahan diriNya membawaNya dari puncak popularitas menuju
keadaan dimana Dia akan ditinggalkan, dari keadaan di elu-elukan orang banyak
menuju pada penderitaan dan kesendirian. Oleh karena itu marilah dengan
kerelaan hati kita taat kepada Tuhan dalam segala hal, karena kita tahu bahwa
terlalu besar jumlah berkatNya kepada kita untuk dihitung (maz 40:6).
Percayalah kepada Tuhan, Dia yang memegang kendali. Dengan demikian kita bisa
berserah, relaks, tidak khawatir atau stress. Jangan merasa kecewa, marah,
kecil hati ketika rencana kita tidak seperti yang kita harapkan. Percayalah
Tuhan menyediakan yang lebih baik bagi kita. Amin.
No comments:
Post a Comment