TINGGIKANLAH ALLAH DAN SUJUDLAH MENYEMBAHNYA
( MAZMUR 99 : 1 - 7 )
Kata meninggikan (patimbulhon), dapat diartikan, sebagai bentuk pengakuan, kekaguman dan pujian terhadap sesuatu atau seseorang. Pengakuan, kekaguman dan pujian lahir dari pengenalan yang baik terhadap sesuatu atau seseorang dimaksud. Hal itu muncul karena adanya bukti-bukti keunggulan atau kelebihan dari yang dipuji, yang tidak dapat disangkal kebenarannya. Pujian yang demikian lahir dari hati yang terdalam, sehingga sikap pujian yang demikian akan meninggikan yang dipuji. Pujian yang demikian juga akan menjauhkan seseorang dari sikap pemujian yang munafik, dengan maksud hanya untuk menyenangkan yang dipuji, dimana tujuannya hanyalah untuk menjilat (tidak ada lagi sikap “Dompak pujion, tundal hataon”).
Demikianlah pemazmur, di dalam perikop bacaan kita hari ini, dia memuji Tuhan karena pengenalan, pengakuan dan kekagumannya terhadap kebesaran Tuhan. Dalam pujiannya, pemazmur menyaksikan, bahwa Tuhan itu adalah : Raja yang duduk di atas kerub-kerub (ay.1), Raja yang mengatasi segala bangsa (ay.2), Raja yang kuat dan mencintai hukum (ay.4), yang menuntun umatnya dan berbicara dalam tiang awan (ay.7). Pengakuan dan kekagumannya dinyatakan dalam pujian dan seruan serta ajakan, supaya umatnya meninggikan dan menyembah Tuhan. Di ayat 5 dikatakan: “Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kakiNya !
Saudara/I yang dikasihi Yesus Kristus, minggu kita hari ini adalah Minggu Palmarum, yang mengingatkan kita kepada sikap umat Israel mengelukan Yesus ketika memasuki Yerusalem dengan berseru-seru:”Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang maha tinggi” (Luk.19:38). Seruan ini diikuti dengan perbuatan membentangkan pakaian mereka dan daun
Hal itu terjadi karena mereka tidak mengenal Kristus Yesus.
1 comment:
bang, link aku dooong
Post a Comment